Friday, January 15, 2010

¤Tiketmu telah menyanderaku pada saban bandara yg kusinggah. Suara cerewetmu yg selalu menyebut nomor tertera di ekor menggedor para pengudara penyuka lupa. Betapa suaramu kadang merenggutku dari kantuk yg kusut terbenam di antara kursi sudut. Mengapa tak kau tanam saja e-tiketmu di jemariku agar bila kau pindai tanganku tak ada yg tersesat di jeratan sabuk pengamanmu.
Hujan jeda gerhana lewat terbata. Satu dua suara hilang ditelan ilalang.Hanya tersisa tembang yang sumbang.