Tuesday, February 22, 2011

Abai Petuah, Hilang Sudah



Selasa siang sekitar pukul 14.15 dering menyeruak di hp saya. Saya lirik gambar anak saya muncul. Belum selesai saya menjawab salamnya, ia terus memberondongkan kabar: hp saya hilang! "Di mana," tanyaku tercekat. "Di sekitar kantor Samsat Semarang, mungkin jatuh dari tas saya. Saya tak ingat," tutur anak saya. Barangkali karena di kantor Samsat masak dikerjai copet. Ya, paling hilang karena naruhnya teledor. Ia memang kadang teledor naruh barang di tasnya, bahkan sering ritsliting tasnya masih terbuka sehingga barang yg tersimpan di dalamnya mudah jatuh.

Ahad lalu, 20 Februari, ketika pulang ke Wates bersama kedua anaknya, pernah diingatkan istri saya agar kalau bawa tas hati-hati, ritslitingnya harus menutup. Tapi kala itu dijawab sambil kesal karena ia lagi nggendong anaknya yg lagi rewel. Istri saya diam saja. Nah, ketika saya kabari kalau hp milik anaknya hilang, ia baru komentar. "Itulah kalau diingatkan orangtua nggak dicamkan," tutur istri saya. Saya tahu sudah beberapa kali istri saya selalu mengingatkan hal itu, karena anak saya sering ceroboh menaruh barang-barang miliknya sendiri. Apakah itu artinya kuwalat? Wallahu'alam.

Hpnya yg raib memang bukan yg sangat mahal. Nokia C3. Tapi hp itu dibeli dengan kredit dan baru lunas bulan kemarin. Ia memanfaatkan kredit 6 bulan 0% melalui kartu kredit saya. Ini hp keduanya, yg pertama Sony, karena bisa dihuni musik. Hp yg terakhir ini disenangi anak pertamanya atawa cucu lelaki pertama saya karena ada game yg bisa dimainkannya. Saya gak tahu tanpa hp tersebut bagaimana cucu saya bermain game di hp.

Sebenarnya minggu lalu ketika ia mengutarakan rencananya pergi ke Semarang menemani suaminya mengurus perpanjangan pajak mobilnya, saya sudah memberi masukan. Karena mobilnya (bernomor polisi H) yang dibeli secara kredit sudah lunas Oktober tahun lalu, ya mbok dibaliknama saja sekalian, agar tidak bolak-balik ke Semarang membayar pajak. Toh secara oline (menurut sebuah koran Jateng) sudah bisa dilayani. Atau bisa juga diperpanjang melalui biro jasa. Dibanding bila diurus sendiri ke Semarang, bawa istri (yg terpaksa harus ijin tak masuk kerja) dan anak-anak yg masih kecil (lagi pula batuk-batuk dan yg sulung juga sudah sekolah pra-tk), tentu biaya, waktu akan terbuang. E... ternyata orangtua menggonggong anak tetap berlalu. Apakah itu yg disebut abai petuah hp raib sudah?


Posted by Blogspot for iPad

No comments: