April datang, kedua cucuku juga datang. Mereka tak perlu pakai kebaya (untuk cucuku kedua, Naura) atau blangkon (untuk masnya, Naveen). Meski banyak pra-tk (play group) beramai-ramai memperingati Hari Kartini dengan kemeriahan yang menimbulkan kelucuan (tapi barangkali siksaan bagi mereka), saya biarkan kedua cucu datang seperti biasa. Tak ada acara yang khusus direncanakan. Yangtinya malah membelikan sepasang meja dan kursi kecil, "Untuk tuis," kata Naura yang mulai senang buku, "untuk nggambal," sahut masnya yang suka bikin benang ruwet (lalu dibilang, "Ini Ultamen," sang heronya. Bukan Kartini? Ya, jelas wong masih anak-anak.
Tapi yang mengejutkan, siang saat Yngtinya lagi menyiapkan makanan, memasak, memotong-motong sayur, tiba-tiba Naura nyelonong, langsung ambil kursi kecilnya ikut milihin kacang panjang lalu memamatahkan kacang tersebut, dan menaruhnya di baskom yang siap akan ditiriskan. Lalu tak mau kalah Naveen pun ikut memilih sayur serupa. Keduanya asyik, tak peduli harus mengingat Kartini, dengan atau tanpa kebaya dan blangkon.