Saturday, August 20, 2011

Sajak-sajak Celoteh Juli 2011



Sesudah khatam membaca lingkungan, lalu celotehan-celotehanku kukumpulkan. Sajak pendek? Barangkali. Tapi yang jelas saya lengkapi pula dengan foto-foto sederhana (hasil jepretan kamera handphone 2 MP). Karena itu mungkin agak kabur, atau mungkin pecah. Saya buat format Pdf dengan maksud agar bisa dimiliki teman-teman dan handai taulan tanpa bersusah payah ke toko buku, membayar lagi. Jadi, bila berminat silakan kirim alamat email, insyaallah akan segera saya kirim. Bebas bea.
Tunggu edisi berikutnya (Agustus 2011): PUISIPUASASIAPA.
Selamat Idul Fitri. Maaf lahir batin.

Tuesday, August 09, 2011

Beli Dua Buku Satu Harga



ANTOLOGI FIKSI MINI

Menghimpun lebih dari 600 fiksi mini karya 26 pengarang

Tebal: 222 hal

Harga Rp. 40.000,- (blm termasuk ongkir).

Inikah jalan yang kau janjikan? Bukan. Itu jalan buntu. (JALAN TUHAN, Slamet Riyadi Sabrawi)

Apakah Adam melahapmu, lalu kau melemparnya ke dunia? DanSteve Job menemukannya, lalu melemparnya ke surge. (APEL, Slamet Riyadi Sabrawi) Ia bicara sendiri. Bahkan sering lupa diri. (TELEVISI, Slamet Riyadi Sabrawi)

Buku ini memuat lebih dari 600 buah fiksi mini sejenis, yakni karya fiksi yang berformat mini. Meski dalam ukuran mini, para pengarang –yang umumnya penyair dan prosais— ini mencoba mengajak pembacanya ke alam kesadaran baru. Kadang berupa tawa, yang tak semua menghibur memang, karena kadang juga ada ironi di dalamnya. Yang jelas, pembaca dibebaskan menafsirkan sendiri sesuai imajinasi, ilusi dan fantasinya.

Fiksi Mini memberikan peluang untuk menuangkan gagasan spontan, pemikiran ringkas, ungkapan lugas, mengenai realitas yang kita tahu kaya akan ironi. Dalam buku ini bahkan tersirat potret kekinian dan otokritik atas kehidupan pribadi. (Kurnia Effendi, Cerpenis)

TIBA-TIBA INGATANKU MENJALARI TUBUHMU

100 Sajak Slamet Riyadi Sabrawi. Tebal: 105 halaman. Harga: Rp 30.000 (belum ongkir)

Di samping itu, sejumlah puisi dalam kumpulan ini juga menampilkan sosok persona ontologis, yakni persona yang men-jarak-kan diri dalam relasinya dengan lingkungan. Posisi keterpisahan ini menjadi modal untuk bersikap dan mengkaji kekuatan diri dalam berhadapan dengan kekuatan di luar diri, yang pada gilirannya akan makin memperkuat kesadaran sangkan-paran, kesadaran terhadap kehadiran Tuhan dengan kodrat verasitasnya ketika “dingin jatuh di sela-sela takbir gemuruh” (puisi “Malam Seribu Bulan”). (Prof.DR. Suminto A.Sayuti, penyair, dosen UNJ)

Kemampuannya bersajak, membuktikan Slamet Riyadi Sabrawi menguasai bahasa, tak hanya kata, kalimat atau menyusun kata menjadi kalimat. Di tangannya, hal apa saja niscaya akan tetap menjadi sebuah sajak yang bermakna dan mencengangkan. Jelas memang tak ada hubungannya dengan profesinya sebagai dokter hewan. Tapi lebih karena ia sudah lama berkecimpung dalam dunia kepenyairan, dan kemudian menjadi wartawan. Ditambah pengalaman dan daya hidupnya yang kental. Saya termasuk yang sangat menikmati sajak-sajaknya. (Kurniawan Junaedhie, editor dan penyair di Jakarta)

PROMO LEBARAN : Beli 2 buku ini hanya Rp 50.000 (belum ongkos kirim) + Tandatangan penulisnya. EDISI TERBATAS. Bila berminat segera kirim Rp50.000+Rp10.000 (ongkos kirim) ke BCA KCP Wates a/n Slamet Riyadi Drh No.rek: 8025000311

Friday, August 05, 2011


Seperti diisyaratkan oleh judulnya, Tiba-tiba Ingatanku Menjalari Tubuhmu, antologi puisi Slamet Riyadi Sabrawi ini memang serupa dengan “album tua” yang berisi “kisah arkaik,” yakni “ribuan/kenangan” yang “berdiri di titik nadir,” yang telah berlangsung “empat puluh tahun lewat” (puisi “Album Tua”). Akan tetapi, meski “bersembunyi di lipatan waktu” (puisi “Gitarmu Gemetar Menuju Renta”), “kenanganmu tak juga lepuh,”.
Penyair bertanya, sebuah pertanyaan yang bermuara pada pemaknaan kehidupan: “Kalau rumput hilang bertaut pada petang, akan kemanakah engkau pulang?” (puisi “Berhutang pada Taman Keronang”). Ada semacam kesadaran terhadap sangkan-paran. Dan kenangan itulah yang menjagakan kesadaran itu: “Adakah kau simpan ia sebagai kenangan atau kau lupakan?” (puisi “Pulanglah ke Rumahmu Barang Dua Petang”).
Demikian analisa Prof.DR. Suminto A. Sayuti, gurubesar UNY yg juga penyair.